Artikel membatasi orang-orang terkenal yang tewas diracuni ini hanya pada abad 20-21. Dari 9 tokoh ini, kebanyakan berasal atau berhubungan dengan Rusia. Berikut tokoh-tokoh yang dibunuh dengan racun yang Detik.com susun secara acak, dari berbagai sumber:
1. Georgi Markov
Georgi Ivanov Markov merupakan penulis pembangkang asal Bulgaria. Di negaranya, dia dikenal sebagai novelis dan penulis naskah drama. Saat negaranya dikuasai rezim komunis di bawah Presiden Todov Zhivkov, dia kemudian pindah ke negara Barat. Markov kemudian bekerja sebagai penyiar dan jurnalis di media internasional seperti BBC dan Deutsch Welle.
Saat itu Markov terus mengkritisi pemerintahan rezim Tordov yang membuat kuping merah. Pada 7 September 1978, saat Markov sedang berjalan di Jembatan Waterloo yang melintasi Sungai Thames, kemudian menunggu bus menuju ke kantornya di BBC, dia merasakan sengatan di betisnya, seperti tergigit semut atau lebah.
Saat melihat ke belakang, Markov melihat orang yang membuka payung yang mengarah ke bawah. Orang itu kemudian menyeberangi jalan dengan terburu-buru kemudian naik taksi dan segera menjauh.
Saat tiba di kantor pusat BBC, Markov melihat bercak merah di betis yang tersengat itu dan merasakan sakit terus menerus. Markov menceritakan hal itu kepada rekannya di BBC. Sore harinya, Markov mengalami demam dan dia ke rumah sakit. Markov meninggal dunia 3 hari berikutnya, 11 September 1978 pada usia 49 tahun.
Nah, sang pembuka payung diketahui sebagai agen polisi rahasia Bulgaria bernama Fransesco Gullino yang memiliki nama sandi Piccadily. Pembunuhan ini merupakan usaha pembunuhan ketiga setelah dua percobaan pembunuhan sebelumnya tidak berhasil. Polisi rahasia itu beroperasi atas petunjuk dari dinas rahasia Rusia, KGB yang dimintai tolong pemerintah Bulgaria.
Markov tewas karena racun 'Ricin' dari minyak tanaman Ricinus communis alias jarak kepyar, yang dikenal sangat beracun karena bekerja menghambat sintesa protein dan bisa menimbulkan luka dalam saluran pencernaan.
2. Ibnu Al Khattab
Ibnu Al Khattab atau bernama asli Samir Saleh Abdullah Al Suwailem merupakan pejuang gerilya Muslim yang bekerja sama dengan Mujahidin Chechnya pada perang Chechnya I dan II.
Suatu ketika Al Khattab seorang pengirim pesan dari Dagestan menyampaikan surat padanya. Tak lama setelah itu Al Khattab tewas, tepatnya 20 Maret 2002.
Belakangan diketahui, pengirim surat itu bernama Ibragim Alauri, seorang agen rahasia ganda yang bekerja untuk FSB, agen rahasia Rusia. FSB mengetahui kelemahan Al Khattab, bahwa dia akan menerima dan membaca surat dari ibunya di Arab Saudi.
Sumber di pihak Chechnya mengatakan surat itu mungkin sudah dilapisi oleh racun syaraf yang bereaksi cepat, kemungkinan sarin atau turunannya.
3. Roman Tsepov
Roman Igorevich Tsepov adalah pengusaha Saint Petersburg dan orang kepercayaan Vladimir Putin saat Putin masih menjadi penasihat hingga Deputi Walikota Saint Petersburg. Saat Putin naik kariernya sebagai birokrat, hal itu berefek juga ke Tsepov.
Tsepov kemudian mendirikan perusahaan keamanan 'Baltik Eskort' di bidang jasa pengawalan pribadi. Kliennya mulai dari Walikota Saint Petersburg dan keluarganya, Wakil Walikota (saat masih dijabat Putin) dan keluarganya hingga pemimpin-pemimpin geng kriminal.
Dalam perkembangannya, Tsepov juga menjadi broker pebisnis kepada Putin. Tsepov juga dekat dengan petinggi keamanan Presiden dan petinggi FSB, agen intelijen Rusia.
Di balik kedekatannya dengan Putin yang sangat berpengaruh, Tsepov pernah terlibat dugaan kriminal, pernah ditahan karena tuduhan menyimpan senjata api ilegal dan dugaan pemerasan sebesar US$ 70 ribu.
Pada 11 September 2004, Tsepov merasa sakit dan meninggal pada 24 September. Investigasi pasca kematian menemukan Tsepov meninggal karena material radioaktif yang belum diketahui. Racun radioaktif dan pelakunya belum diketahui. Diduga Tsepov dibunuh karena koneksi bisnisnya yang sangat berpengaruh mulai dari kasino sampai perusahaan farmasi.
4. Alexander Litvinenko
Alexander Litvinenko merupakan mantan petinggi di KGB, yang sekarang menjadi FSB. Litvinenko spesialis memerangi kejahatan terorganisir. Dia kemudian membangkang dengan mengklaim atasannya di KGB menyuruhnya untuk membunuh orang dekat Presiden Boris Yeltsin.
Dia mengaku dipecat dari FSB, ditahan dua kali atas tuduhan palsu yang kemudian dibatalkan. Ditangkap yang ketiga kalinya pada tahun 2000 dengan tuduhan palsu, dan melarikan diri sebelum sempat dipenjara. Melarikan diri ke Turki menyusul anak-istrinya yang telah meninggalkan Rusia dengan visa turus, kemudian ke Inggris dan meminta suaka di sana.
Pada Oktober 2006, Litvinenko mendapatkan kewarganegaraan Inggris. Selama di pelarian dia mengkritik pemerintahan rezim Presiden Vladimir Putin, mengklaim tuduhan bahwa bekas PM Italia Romano Prodi adalah orang KGB di Italia.
Pada November 2006, Litvinenko mendadak sakit hingga meninggal. Scotland Yard menyelidiki kemungkinan Litvinenko diracun dengan talium yang bersimbol kimia Ti. Talium bisa larut dalam air, tidak berwarna, tidak berbau, menjadi salah satu bahan dalam racun tikus. Gejala keracunan adalah kerontokan rambut dan merusak syaraf tepi. Ada foto yang dirilis bahwa Litvinenko mengalami kebotakan.
Dugaan pelaku mengarah kepada rezim Presiden Putin saat itu namun disangkal oleh juru bicaranya, Dmitry Peskov. Dia menyebut tudingan Putin terlibat sebagai sesuatu yang "sama sekali tidak masuk akal".
5. Stepan Bandera
Stepan Bandera adalah politisi Ukraina, pemimpin gerakan nasionalis Ukraina. Dia bekerja sama dengan Nazi pada 1939-1941, kemudian dipenjara oleh Nazi pada 1941 dan dibebaskan pada 1944.
Pada 15 Oktober 1959, Bandera mendadak sakit di Munich, Jerman, dan meninggal sesaat kemudian. Pemeriksaan medis menyatakan penyebab kematian Bandera adalah gas sianida.
2 Tahun kemudian, 17 November 1961, pengadilan Jerman mengumumkan bahwa Bandera dibunuh oleh agen KGB Bohdan Stashynsky, atas suruhan Kepala KGB Alexander Shelepin dan PM Uni Soviet Nikita Khrushchev. Sidang yang berlangsung pada 8-15 Oktober 1962 di Jerman ini membuktikan bahwa Dinas Rahasia Soviet berada di balik pembunuhan Bandera.
Presiden Ukraina Victor Yuschenko pada 2010 memberi gelar pahlawan pada Bandera. Namun hal ini tampaknya menyinggung kaum Yahudi dan Rusia. Gelar ini kemudian diputuskan ilegal oleh pengadilan Ukraina pada 2010 dan dicabut oleh Presiden Ukraina Viktor Yanukovych pada awal 2011.
6. Theodore Romzha
Theodore Romzha adalah uskup gereja katolik Ruthenia. Pada masa Perang Dunia II, dia harus menghadapi Tentara Merah Uni Soviet yang menguasai gereja yang menyuruh para pastur dan uskup ditahan dan di bawah kendali gereja Ortodoks Rusia. Romzha menolak perintah untuk memutuskan hubungan dengan Vatikan. Kendati dihalangi, ternyata Romzha mendapatkan banyak jemaah, dan itu tidak bisa ditoleransi oleh pemerintah komunis Soviet.
Pada 27 Oktober 1947, kereta kuda yang dinaiki Romzha ditabrak truk militer Soviet, dan tentara yang berpakaian sipil itu mendorong Romzha hingga jatuh. Romzha dibawa ke RS di Uzhorod. Saat kondisi Romzha mulai membaik, suster perawatnya diganti perawat baru. Tidak lama setelah itu Romzha ditemukan tewas.
Belakangan diketahui dia disuntik dengan racun curare dari tanaman liana. Rencana itu atas perintah pribadi Nikita Krushchev.
Romzha kemudian dinobatkan sebagai martir oleh Paus Johanes Paulus II pada 2001.
7. Yuri Shchekochikhin
Yuri Petrovich Shchekochikhin adalah jurnalis investigatif Rusia, yang juga seorang penulis dan pengacara liberal di parlemen Duma, yang mengawasi kinerja eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Yuri menulis tentang perlawanan terhadap korupsi dan kriminal terorganisasi. Buku nonfiksinya berisi tentang informan-informan agen rahasia Uni Soviet, KGB, yang sekarang bernama FSB.
Yuri yang bekerja di koran oposisi Novaya Gazeta, juga menginvestigasi pengeboman apartemen yang diduga didalangi agen rahasia Rusia karena berhubungan dengan 3 kasus korupsi besar sekaligus pencucian uang yang melibatkan pejabat FSB.
Yuri meninggal secara mendadak pada Juli 2003, beberapa hari sebelum dia berangkat ke Amerika Serikat (AS) untuk bertemu penyidik FBI. Yuri diduga meninggal karena penyakit misterius. Sebelum meninggal, Yuri mengeluhkan kelelahan, bercak-berak merah yang muncul di kulit, kegagalan organ-organ tubuh dan kebotakan. Dia sempat dirawat di RS yang dikontrol oleh FSB.
Teman Yuri, Kirril Kaganov, mantan anggota FSB yang bepergian dengannya sebelum meninggal mengatakan, "Secara pribadi saya menghubungi koneksi saya di agen rahasia, dan mengatakan 90 persen Yuri diracuni dengan talium".
8. Munir
Munir Said Thalib adalah aktivis HAM Indonesia yang banyak menyoroti kekerasan oleh aparat keamanan. Jabatan terakhirnya adalah Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial.
Saat menjabat di Kontras namanya melambung sebagai seorang pejuang bagi orang-orang hilang yang diculik pada masa itu. Ketika itu dia membela para aktivis yang menjadi korban penculikan Tim Mawar dari Kopassus. Setelah Soeharto jatuh, penculikan itu menjadi alasan pencopotan Danjen Kopassus Prabowo Subianto dan diadilinya para anggota tim Mawar.
Munir meninggal di Jakarta ketika terbang ke Amsterdam, 7 September 2004. Autopsi menemukan jejak-jejak senyawa arsenikum di makanan Munir. Jenazah aktivis HAM ini dimakamkan di Taman Pemakaman Umum, Kota Batu.
Tersangka pembunuhan Munir adalah Pollycarpus Budihari Priyanto, seorang pilot Garuda. Pollycarpus kemudian divonis 14 tahun pada 20 Desember 2005.
Hakim Cicut Sutiarso menyatakan bahwa sebelum pembunuhan, Pollycarpus menerima beberapa panggilan telepon dari sebuah telepon yang terdaftar oleh agen intelijen senior.
Pada 19 Juni 2008, Mayjen (Purn) Muchdi Pr, mantan petinggi BIN yang kebetulan juga orang dekat Prabowo Subianto, ditangkap dengan dugaan kuat bahwa dia adalah otak pembunuhan Munir. Beragam bukti dan kesaksian mengarah padanya. Namun Muchdi divonis bebas.
Selain itu Presiden SBY juga membentuk tim investigasi independen, namun hasil penyelidikan tim tersebut tidak pernah diterbitkan ke publik. Sejak 2005, tanggal kematian Munir 7 September, oleh para aktivis HAM dicanangkan sebagai Hari Pembela HAM Indonesia.
9. Yasser Arafat
Yasser Arafat, pemimpin PLO Palestina yang pernah memperoleh Nobel Perdamaian atas perjuangannya untuk perdamaian Palestina selama hampir 4 dekade ini, meninggal dunia pada 11 November 2004 setelah menjalani perawatan beberapa minggu di rumah sakit.
Arafat menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit militer Percy di Paris pada usia 75 tahun. Saat itu dikabarkan bahwa Arafat meninggal akibat penyakit misterius. Beredar spekulasi juga bahwa Arafat tewas diracun dan pihak Israel dituding sebagai dalang utama di balik kematian Arafat.
Hasil penelitian terbaru menyebutkan bahwa mantan pemimpin Palestina itu tewas akibat diracun zat kimia jenis Polonium yang mengandung radioaktif. Hasil tersebut disampaikan oleh pakar radiofisika dari Univeritas Lausanne, Swiss, Francois Bachud. Bochud melakukan penelitian laboratorium di Swiss terhadap sampel biologis yang diambil dari benda-benda peninggalan mendiang Arafat.
Tudingan mengarah kepada pihak Israel, namun Israel malah menanggapi sinis. "Membuat teori konspirasi yang didasarkan pada bukti palsu adalah sangat menggelikan, sehingga itu menguntungkan saluran komedi dan bukan saluran berita," cetus juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel Yigal Palmor seperti dilansir News.com.au, Kamis (5/7/2012).
"Jika ada yang mencurigakan tentang kematiannya, para dokter Prancis waktu itu pasti akan mengetahuinya dan mengatakan sesuatu," imbuh Palmor.
Sumber