Lincolnshire, Inggris - Bila ingin langsing, dokter biasanya akan menganjurkan seseorang untuk makan sehat dan olahraga teratur. Namun tidak bagi Joanne Allen. Karena ingin langsing tapi tak mau diet, Joanne pun lebih suka melakukan operasi sedot lemak yang sudah dijalani hingga 7 kali.
Joanne Allen (42 tahun) masih makan makanan favoritnya seperti makanan ringan, kue dan wine dalam porsi besar. Tentu saja makan berkalori tinggi itu membuat tubuh Joanne harus menumpuk lemak.
Namun wanita asal Inggris ini tak pernah khawatir karena ia dengan rutin setiap tahun melakukan operasi sedot lemak atau biasa dikenal dengan liposuction.
Sejauh ini, Joanne sudah menjalani 7 putaran sedot lemak ditambah dengan beberapa prosedur kosmetik lainnya yang bila ditotal sudah menghabiskan biaya sebesar 17.800 poundsterling atau setara dengan Rp 260,5 juta.
"Saya sudah mengeluarkan lebih dari 10 liter lemak dari tubuh saya, sedot lemak pertama pada tahun 1999. Saya lebih suka mati daripada melakukan diet," ujar Joanne Allen, yang tinggal di Ingham, Lincolnshire, seperti dilansir Thesun, Rabu (18/4/2012).
Joanne mengaku sangat mencintai makanan. Ia menganggap berhenti makan cokelat, cake atau roti isi daging kesukaannya adalah sebuah siksaan dan ia tidak mau melakukan hal tersebut.
"Melakukan sedot lemak tahunan berarti saya bisa makan lebih dari 3.000 kalori per hari tanpa perlu khawatir dan membuang lemak jauh-jauh," ujarnya.
Joanne mengonsumsi kalori 50 persen lebih banyak dari jumlah kalori harian yang dianjurkan untuk wanita, yaitu 2.000 kalori per hari.
Ia mulai menjalani operasi sedot lemak setelah kelahiran anaknya Jordan, yang kini sudah berusia 12 tahun, pada September 1999.
Saat itu, ia akan menikah dengan John (51 tahun), seorang pekerja IT. Tapi ketika sedang mencoba gaun pengantin dua bulan sebelum hari besarnya, Joanne menemukan bahwa tubuhnya membengkak dari ukuran 10 menjadi 16.
Joanne pun memutuskan untuk melakukan operasi sedot lemak di sebuah klinik swasta. Setelah tiga jam menjalani operasi, ia pun terbangun dengan kesakitan dan tubuh penuh memar.
Saat itu, 3 liter lemak telah dikeluarkan dari tubuhnya, ukuran tubuhnya pun turun menjadi 12 dengan berat badan 65,7 kg.
Meski pinggangnya sudah menyusut, tapi tidak dengan selera makannya. Ia masih saja makan dengan 3.000 kalori setiap hari. Dalam waktu 2 tahum lemak tubuhnya pun sudak menumpuk 12 kg, yang membuatnya merasa tidak menarik dan bahagia.
"Saya kurang percaya diri dan mulai berdampak pada pernikahan saya. Saya tidak bisa membuka baju di depan dia dan kami berpisah pada 2002. Saya mencoba diet tapi tidak bisa menyerah makanan yang menenangkan. Saya sangat ingin mendapatkan kembali tubuh yang membuatku sangat bahagia," kenangnya.
Ia akhirnya menemukan sebuah perusahaan bernama Meditours di Budapest, Hungaria, yang menawarkan mengangkat payudara dan sedot lemak seharga 4.000 poundsterling (Rp 58,5 juta), sekitar Rp 36,5 juta lebih murah daripada di Inggris.
"Pada tahun 2006 saya kembali merasa seperti diriku yang dulu lagi. Kepercayaan diriku melambung tinggi. Saya masih makan apa yang saya inginkan, kue, keripik, minuman manis dan makanan porsi besar. Tapi tubuh saya tampak hebat," tutupnya.
DetikHealth
Joanne Allen (42 tahun) masih makan makanan favoritnya seperti makanan ringan, kue dan wine dalam porsi besar. Tentu saja makan berkalori tinggi itu membuat tubuh Joanne harus menumpuk lemak.
Namun wanita asal Inggris ini tak pernah khawatir karena ia dengan rutin setiap tahun melakukan operasi sedot lemak atau biasa dikenal dengan liposuction.
Sejauh ini, Joanne sudah menjalani 7 putaran sedot lemak ditambah dengan beberapa prosedur kosmetik lainnya yang bila ditotal sudah menghabiskan biaya sebesar 17.800 poundsterling atau setara dengan Rp 260,5 juta.
"Saya sudah mengeluarkan lebih dari 10 liter lemak dari tubuh saya, sedot lemak pertama pada tahun 1999. Saya lebih suka mati daripada melakukan diet," ujar Joanne Allen, yang tinggal di Ingham, Lincolnshire, seperti dilansir Thesun, Rabu (18/4/2012).
Joanne mengaku sangat mencintai makanan. Ia menganggap berhenti makan cokelat, cake atau roti isi daging kesukaannya adalah sebuah siksaan dan ia tidak mau melakukan hal tersebut.
"Melakukan sedot lemak tahunan berarti saya bisa makan lebih dari 3.000 kalori per hari tanpa perlu khawatir dan membuang lemak jauh-jauh," ujarnya.
Joanne mengonsumsi kalori 50 persen lebih banyak dari jumlah kalori harian yang dianjurkan untuk wanita, yaitu 2.000 kalori per hari.
Ia mulai menjalani operasi sedot lemak setelah kelahiran anaknya Jordan, yang kini sudah berusia 12 tahun, pada September 1999.
Saat itu, ia akan menikah dengan John (51 tahun), seorang pekerja IT. Tapi ketika sedang mencoba gaun pengantin dua bulan sebelum hari besarnya, Joanne menemukan bahwa tubuhnya membengkak dari ukuran 10 menjadi 16.
Joanne pun memutuskan untuk melakukan operasi sedot lemak di sebuah klinik swasta. Setelah tiga jam menjalani operasi, ia pun terbangun dengan kesakitan dan tubuh penuh memar.
Saat itu, 3 liter lemak telah dikeluarkan dari tubuhnya, ukuran tubuhnya pun turun menjadi 12 dengan berat badan 65,7 kg.
Meski pinggangnya sudah menyusut, tapi tidak dengan selera makannya. Ia masih saja makan dengan 3.000 kalori setiap hari. Dalam waktu 2 tahum lemak tubuhnya pun sudak menumpuk 12 kg, yang membuatnya merasa tidak menarik dan bahagia.
"Saya kurang percaya diri dan mulai berdampak pada pernikahan saya. Saya tidak bisa membuka baju di depan dia dan kami berpisah pada 2002. Saya mencoba diet tapi tidak bisa menyerah makanan yang menenangkan. Saya sangat ingin mendapatkan kembali tubuh yang membuatku sangat bahagia," kenangnya.
Ia akhirnya menemukan sebuah perusahaan bernama Meditours di Budapest, Hungaria, yang menawarkan mengangkat payudara dan sedot lemak seharga 4.000 poundsterling (Rp 58,5 juta), sekitar Rp 36,5 juta lebih murah daripada di Inggris.
"Pada tahun 2006 saya kembali merasa seperti diriku yang dulu lagi. Kepercayaan diriku melambung tinggi. Saya masih makan apa yang saya inginkan, kue, keripik, minuman manis dan makanan porsi besar. Tapi tubuh saya tampak hebat," tutupnya.
DetikHealth