NEW YORK - Amerika Serikat (AS) tetap menjadi kiblat bisnis dunia. Meskipun Paman Sam masih terseok-seok menyembuhkan krisis, kiprah perusahaan besar di wilayah ini selalu menarik untuk diikuti. Penilaian peringkat didasarkan pada kinerja perusahaan tahun 2011.
Siapa saja 10 besar perusahaan raksasa di AS? Fortune Magazine AS, mengurutkannya dengan sejumlah penilaian. Di antaranya adalah rencana bisnis perusahaan dan kinerja usahanya.
1. Exxon Mobil
Peringkat sebelumnya: 2
CEO : Rex W.Tillerson
Sangat sulit untuk mengalahkan manuver Exxon Mobil pada tahun 2011. Saham perusahaan ini melonjak hingga 20 persen disertai peningkatan keuntungan hingga 35 persen menjadi 41,1 miliar dollar AS. Kenaikan tersebut sekaligus mengerek untung bersih Exxon sebanyak 28 persen menjadi 452,9 miliar dollar AS. Atas dasar penilaian inilah, Exxon berhasil menempati posisi teratas dalam Fortune 500, sekaligus menggeser peringkat Wal-Mart.
Perusahaan, memperoleh keuntungan dari kenaikan harga minyak, khususnya pada kuartal terakhir tahun 2011. Tetapi Exxon juga telah memosisikan diri dengan baik untuk memanfaatkan tren terbaru yang kontroversial dalam produksi energi dalam negeri : Fracking yang merupakan sebuah teknik pengeboran minyak yang dikhawatirkan merusak lingkungan.
Selain fokus di eksplorasi minyak, Exxon juga telah menggenjot memproduksi gas. Di mana, banyaknya hampir sama dengan minyak. Hal tersebut ditopang oleh akuisisi XTO Energi senilai 35 miliar dollar AS pada tahun 2010. CEO Exxon, Rex W.Tillerson mengungkapkan pada Fortune bahwa permintaan energi akan terus meningkat hingga dekade mendatang.
2. Wal-Mart Stores
Peringkat sebelumnya: 1
CEO: Michael T. Duke
Pada tahun 2011, Wal-Mart tergelincir di posisi kedua setelah sempat mencapai posisi prestisius yakni peringkat pertama selama dua tahun berturut-turut. Perusahaan ritel terbesar di AS ini terpaksa memberikan diskon besar-besaran untuk menggenjot penjualan di dalam negeri. Hal tersebut dilakukan agar bisa menggenjot pendapatan hingga 6 persen pada tahun 2011 yaitu 447 miliar dollar AS. Namun, keputusan itu justru membuat laba Wal-Mart tergerus 4,6 persen menjadi 15,7 miliar dollar AS.
Pengecer-pengecer terbesar di dunia memang tengah berjuang keras untuk mempertahankan kenaikan pendapatan di AS, walaupun pertumbuhan ekonomi Paman Sam mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Pasalnya, meskipun tingkat pengangguran telah menurun, pasar perumahan atau bisnis perumahan stabil, minat belanja konsumen belum merefleksikan sikap baru dari kebanyakan orang Amerika.
Wal-Mart justru berkibar di luar negeri. Buktinya, pendapatan di luar AS meningkat sebesar 13,1 persen tahun lalu menjadi 35,5 miliar dollar AS. Tapi salah satu pintu kunci pemasukan utama Wal-Mart di Mexico sekarang ini malah terbentur jalan buntu setelah New York Times memaparkan investigasi skandal penyuapan oleh pelaku retail di sana.
3. Chevron
Peringkat sebelumnya: 3
CEO: John S. Watson
Chevron mengakhiri 2011 dengan sebuah catatan : Meskipun harga minyak naik, terdapat penurunan laba terbesar dalam dua tahun. Hal tersebut di karenakan adanya kerugian di bisnis kilang AS.
Namun, perusahaan minyak dan gas kedua terbesar di AS ini berhasil membukukan kenaikan pendapatan sebesar 25 persen dalam satu tahun penuh 2011 menjadi 245,6 miliar dollar AS. Pencapaian itu berhasil membuat laba usaha Chevron melejit 41 persen ke 26,9 miliar dollar AS dari tahun sebelumnya.
Chevron memiliki banyak rencana proyek minyak dan gas di beberapa negara seperti, Australia, Africa dan Teluk Meksiko. Proyek-proyek tersebut diharapkan dapat direalisasikan pada tahun 2014 mendatang.
Chevron juga terus mempekerjakan pengacaranya untuk mendampingi perusahaan dalam kasus yang sedang membelit, di antaranya kasus yang tak kunjung selesai di Ekuador. Saat ini, Chevron sedang memperjuangkan pengajuan permohonan untuk pembayaran denda sebesar 11 miliar dollar AS untuk kasus minyak yang berada di Brazil akhir tahun lalu. Perusahaan yang sudah ada sejak 1879 ini juga tengah menyelesaikan masalah di Nigeria setelah salah satu proyeknya yakni eksplorasi gas meledak di awal tahun ini.
4. ConocoPhillips
Peringkat sebelumnya: 4
CEO: Ryan M. Lance
Perusahaan yang dikenal sebagai Big Oil ini bakal semakin mengecil. Bermarkas di Houston, Texas, ConocoPhillips mengejutkan Wall Street dengan keputusan bisnisnya yakni memisahkan unit usahanya atau spin off.
Satu akan di fokuskan pada eksplorasi dan produksi, satu lagi akan berfokus pada kilang dan pemasaran. Hal tersebut terjadi pada 30 April. Petinggi ConocoPhillips berharap keputusan ini dapat membantu satu sama lain dan mengantar ConocoPhillips agar dapat bersaing lebih baik di bisnis internasional dan juga dapat menarik banyak investor.
Dalam memberikan peringkat ini, perubahan pemegang saham sama sekali tak tecermin. Jika diberlakukan kebalikan, di mana pemegang saham menjadi penentu, Fortune melihat Phillips 66 bakal ada di peringkat empat ketimbang perusahaan induknya.
Jika spin off ini mewakili sekitar 80 persen dari total pendapatan asli perusahaan pada tahun 2011 maka, General Motors berpotensi duduk di peringkat keempat.
5. General Motors
Peringkat sebelumnya: 8
CEO: Daniel F. Akerson
Detroit berhasil mendapatkan tempatnya kembali, begitu pun dengan General Motors (GM). Perusahaan otomotif raksasa ini melesat tiga peringkat dalam Fortune 500. Tepatnya dari urutan 8 menjadi posisi 5 pada tahun lalu. Setelah dua tahun mengalami kebangkrutan, GM akhirnya menerima bantuan dana federal dan berhasil mencatat keuntungan pada 2011.
Tahun lalu, laba perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh miliarder kawakan dunia, Warren Buffett tersebut mencapai 9,2 miliar dollar AS. Pendapatan usaha meningkat 11 persen menjadi 150,3 miliar dollar AS. GM mengklaim perusahaannya sebagai penjual global terbesar setelah Toyota.
Tidak ada yang bisa menyangkal kepuasan yang diberikan GM karena berhasil menegosiasikan program bagi hasil sebagai bagian dari reorganisasi perusahaan. Sekitar 47.500 pekerja menerima cek dengan rata-rata nilai sebesar 7.000 dollar AS naik dari 4.300 dollar AS pada tahun 2010.
6. General Electric (GE)
Peringkat sebelumnya: 6
CEO: Jeffrey R. Immelt
General Electric (GE) berhasil membuat catatan pertumbuhan laba yang sangat bagus pada tahun 2011, walaupun, terjadi sedikit penurunan pendapatan. Laba meningkat 21 persen menjadi 14,2 miliar dollar AS, padahal penjualan amblas hingga 26 persen menjadi 147,6 miliar dollar AS.
CEO GE Jefferey Immelt mengatakan bahwa kinerja perusahaan pada akhir tahun kemarin diharapkan dapat menjadi pertanda baik untuk tahun 2012, baik di dalam bisnis infrastruktur energi sampai dengan kesehatan.
Fokus analisis masih pada divisi industri GE, yang masih berjuang untuk memacu pertumbuhan setelah jatuh akibat resesi. Perusahaan melaporkan bahwa jaminan simpanan di akhir tahun mencapai 200 miliar dollar AS naik dari 191 miliar dollar AS. Immelt yakin, GE mampu menciptakan awal yang baik untuk mencapai pertumbuhan industri sebesar 10 persen.
7. Berkshire Hathaway
Peringkat sebelumnya: 7
CEO: Warren E. Buffett
Performa saham Berkshire Hathaway mengalami kemunduran pada 2011. Namun sang CEO sekaligus sebagai miliarder kakap dunia, Warren Buffet tetap tenang menghadapi hal itu. Selama kinerja sahamnya masih mengungguli performa S&P 500, hal tersebut bukanlah masalah besar bagi Buffett.
Tahun lalu, laba Berkshire yang merupakan perusahaan investasi merosot hingga 20,9%. Bisnis asuransi dan properti menjadi beban utama kinerja Berkshire.
Secara keseluruhan, pendapatan perusahaan yang bermarkas di Omaha, Nebraska tersebut naik 5,5% menjadi US$ 143,7 miliar. Buffet sempat memanggil lima anak usahanya yang memiliki kinerja keuangan termoncer.
8. Fannie Mae
Peringkat sebelumnya: 5
CEO: Michael J. Williams
Tahun lalu, Fannie Mae melaju dari peringkat 81 dalam daftar Fortune 500 ke peringkat lima, hal tersebut dikarenakan adanya standar penerapan akuntansi yang baru.
Namun, tahun ini raksasa hipotek yang dikendalikan pemerintah ini merosot ke peringkat delapan setelah adanya penurunan pendapatan lebih dari 10 persen menjadi 137,5 miliar dollar AS. Kerugian yang terjadi pada tahun ini tumbuh menjadi 16,9 miliar dollar AS dari 14 miliar dollar AS di tahun 2010.
Fannie Mae terus terseret turun oleh portfolio utang. Perusahaan ini setidaknya mendapat dana segar 116 miliar dollar AS dari pemerintah pada akhir 2011. Lembaga pembiayaan ini juga tengah mencari tambahan dana sebanyak 4,6 miliar dollar AS untuk menutupi kerugian operasional.
9. Ford Motor
Peringkat sebelumnya: 10
CEO: Alan R. Mulally
Pada masa kepemimpinannya, sebagai CEO Ford, ia berhasil menghindarkan perusahaan dari kebangkrutan. Hal itu rupanya mempengaruhi kinerja rivalnya yaitu General Motors (GM) dan Chrysler pada tahun 2009.
Masa bangkit Ford dari keterpurukan ditandai dengan dimulainya pembagian dividen pada pemegang saham seiring dengan jumlah penjualan otomotif yang meningkat. Laba Ford melonjak hingga 208 persen tahun lalu.
10. Hewlett-Packard
Peringkat sebelumnya: 11
CEO: Margaret C. Whitman
Sebagai produsen komputer terbesar di dunia, Hewlett-Packard sempat mengalami tahun-tahun sulit. Perusahaan yang terkenal dengan merek usaha HP ini sempat dipimpin oleh Leo Apotheker selama setahun.
Whitman menggantikan Apotheker yang dianggap gagal memimpin HP selama 11 bulan. Penunjukan ini sesungguhnya menuai pro dan kontra.
Namun banyak yang menilai, kepiawaian Whitman di dunia bisnis sudah teruji. Mantan CEO eBay ini berhasil mengubah eBay dari sebuah perusahaan dengan segelintir karyawan di 1998 menjadi perusahaan ritel internet papan atas. Ia mengumumkan rencana besar dengan menyatukan dua divisi bisnis yaitu printer dan PC.
Kompas