Sudono Salim atau Liem Sioe Liong lahir di Tiongkok, 19 Juli 1916 – meninggal di Singapura, 10 Juni 2012 pada umur 95 tahun) adalah seorang pengusaha Indonesia. Dia merupakan pendiri Grup Salim. Kepemilikan Grup Salim meliputi Indofood, Indomobil, Indocement, Indosiar, BCA, Indomaret, Indomarco, dan lain-lain. Ia dikenal luas masyarakat dekat dengan mantan Presiden ke-2 Indonesia Soeharto dan saat ini, ia tinggal di Singapura. Usahanya diteruskan anaknya yakni Anthony Salim dan menantunya Franciscus Welirang.
Berita Meninggalnya Liem Sioe Liong
Pendiri PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (Indofood) dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Sudono Salim alias Liem Sioe Liong meninggal dunia.
Salah satu pencetus Salim Group ini dikabarkan meninggal dunia di Singapura pada pukul 15.00.
"Iya meninggal dunia saya sudah dapat informasi," ungkap Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu kepada detikFinance melalui sambungan telepon, Minggu (10/6/2012).
Namun, Mantan Menteri Perdagangan ini tidak mengetahui sebab meninggalnya bos Salim Grup tersebut.
"Saya tidak mengetahui detailnya," tutup Mari.
Sudono lahir di Tiongkok, 10 September 1915. Anthony Salim yang merupakan anak dari Sudono beserta menantunya Franciscus Welirang kini meneruskan seluruh usaha yang dirintisnya.
Kisah Putus Sekolah Om Liem dan Keberhasilan Bisnisnya di Indonesia
Jakarta Soedono Salim atau yang akrab dipanggil Om Liem dikenal sebagai salah satu konglomerat paling sukses di Indonesia. Namun siapa yang menyangka jika Om Liem harus jatuh bangun sebelum meraih kesuksesan itu.
Om Liem lahir di Cina daratan, di Fuqing sebuah desa kecil di wilayah Fujian, Cina bagian selatan, pada 16 Juli 1916. Lahir dengan nama Lim Sioe Liong, ia pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia beberapa dimulainya Perang Dunia II pada tahun 1939. Om Liem kecil yang merupakan anak kedua dari seorang petani itu, hidup dengan sangat kekurangan, bahkan saking miskinnya pada usia 15 tahun ia harus putus sekolah dan berjualan mie di sekitar wilayahnya.
Kisah ini diceritakan dalam buku 'How Chinese are Entrepreneurial Strategies of Ethnic Chinese Business Groups in Southeast Asia? A Multifaceted Analysis of the Salim Group of Indonesia' karangan Marleen Dieleman tahun 2007. Buku ini mengambil data dari berbagai sumber, salah satunya adalah laporan tahunan resmi perusahaan Salim Group.
Kemiskinan itulah yang mendasari ia hijrah ke Indonesia, mengikuti jejak kakaknya yangb terlebih dahulu tinggal di Indonesia. Saat pertama kali berada di Indonesia, Om Liem merintis usahanya dengan menjadi supplier cengkeh bagi beberapa pengusaha rokok yang berada di Kudus dan Semarang, Jawa Tengah. Tidak heran bisnis cengkeh menjadi salah satu bisnis yang menunjang kerajaan bisnisnya di masa mendatang, selain bisnis textile tentunya.
Pada era Soeharto, ia sempay mendirikan beberapa bank, seperti Bank Windu Kencana dan Bank Central Asia. Dia juga bersama tiga kolega bisnisnya Soedono Salim, Djuhar Sutanto, Sudwikatmono dan Ibrahim Risjad (belakangan dikenal sebagai The Gangs of Four) membangun sebuah perusahaan tepung terigu terbesar di Indonesia yaitu, PT Bogasari. Perusahaan ini pun berhasil memonopoli pasar terigu di Indonesia dengan menyuplai 2/3 dari seluruh kebutuhan terigu nasional
Kehidupan Om Liem pun ibarat roda yang berputar, saat krisis moneter pada tahun 1997 menghantam Indonesia, kapal bisnis miliknya sempat goyah. Beberapa saham unit bisnisnya seperti PT Indocement Tunggal Perkasa, PT BCA dan PT Indomobil Sukses Internasional harus dilepas untuk menutup hutang perusahaan yang disebut mencapai 52 triliun rupiah.
Meski sempat goyah, Om Liem berhasil membangkitkan kembali usaha-usaha yang dipegangnya. Salah satunya adalah melalui PT Indofood Sukses Makmur Tbk yang menghasilkan produk Indomie yang dikenal hingga seantero dunia. Hasilnya pada tahun 2006, namanya kembali menduduki peringkat nomor 10 orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes. Kekayaannya pada saat itu ditaksir mencapai US$ 800 juta.
Pada era reformasi, Om Liem yang rumahnya yang berada di Gunung Sahari, Jakarta Pusat sempat menjadi korban pengerusakan dan penjarahan pada kerusuhan yang melanda Jakarta pada 1998, mulai mengalihkan kepengurusan bisnisnya kepada anakanya Anthony Salim. Lalu mulai saat itu pindah ke Singapura, hingga maut menjemputnya, pada Minggu (10/6/2012).
Selamat Jalan Om Liem.
Sumber : http://unik-aneh-dunia.blogspot.com/2012/06/biografi-lengkap-sudono-salim-liem-sioe.html
Yang gue tau dari koran tribun jogja, Sudono salim menghabiskan 20 Miliar untuk pesta ulang tahunya ke 90 disingapura. Pindah ke Singapura karena dijakarta terjadi kerusuhan 1998 (gue baru lahir).
Berita Meninggalnya Liem Sioe Liong
Pendiri PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (Indofood) dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Sudono Salim alias Liem Sioe Liong meninggal dunia.
Salah satu pencetus Salim Group ini dikabarkan meninggal dunia di Singapura pada pukul 15.00.
"Iya meninggal dunia saya sudah dapat informasi," ungkap Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu kepada detikFinance melalui sambungan telepon, Minggu (10/6/2012).
Namun, Mantan Menteri Perdagangan ini tidak mengetahui sebab meninggalnya bos Salim Grup tersebut.
"Saya tidak mengetahui detailnya," tutup Mari.
Sudono lahir di Tiongkok, 10 September 1915. Anthony Salim yang merupakan anak dari Sudono beserta menantunya Franciscus Welirang kini meneruskan seluruh usaha yang dirintisnya.
Kisah Putus Sekolah Om Liem dan Keberhasilan Bisnisnya di Indonesia
Jakarta Soedono Salim atau yang akrab dipanggil Om Liem dikenal sebagai salah satu konglomerat paling sukses di Indonesia. Namun siapa yang menyangka jika Om Liem harus jatuh bangun sebelum meraih kesuksesan itu.
Om Liem lahir di Cina daratan, di Fuqing sebuah desa kecil di wilayah Fujian, Cina bagian selatan, pada 16 Juli 1916. Lahir dengan nama Lim Sioe Liong, ia pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia beberapa dimulainya Perang Dunia II pada tahun 1939. Om Liem kecil yang merupakan anak kedua dari seorang petani itu, hidup dengan sangat kekurangan, bahkan saking miskinnya pada usia 15 tahun ia harus putus sekolah dan berjualan mie di sekitar wilayahnya.
Kisah ini diceritakan dalam buku 'How Chinese are Entrepreneurial Strategies of Ethnic Chinese Business Groups in Southeast Asia? A Multifaceted Analysis of the Salim Group of Indonesia' karangan Marleen Dieleman tahun 2007. Buku ini mengambil data dari berbagai sumber, salah satunya adalah laporan tahunan resmi perusahaan Salim Group.
Kemiskinan itulah yang mendasari ia hijrah ke Indonesia, mengikuti jejak kakaknya yangb terlebih dahulu tinggal di Indonesia. Saat pertama kali berada di Indonesia, Om Liem merintis usahanya dengan menjadi supplier cengkeh bagi beberapa pengusaha rokok yang berada di Kudus dan Semarang, Jawa Tengah. Tidak heran bisnis cengkeh menjadi salah satu bisnis yang menunjang kerajaan bisnisnya di masa mendatang, selain bisnis textile tentunya.
Pada era Soeharto, ia sempay mendirikan beberapa bank, seperti Bank Windu Kencana dan Bank Central Asia. Dia juga bersama tiga kolega bisnisnya Soedono Salim, Djuhar Sutanto, Sudwikatmono dan Ibrahim Risjad (belakangan dikenal sebagai The Gangs of Four) membangun sebuah perusahaan tepung terigu terbesar di Indonesia yaitu, PT Bogasari. Perusahaan ini pun berhasil memonopoli pasar terigu di Indonesia dengan menyuplai 2/3 dari seluruh kebutuhan terigu nasional
Kehidupan Om Liem pun ibarat roda yang berputar, saat krisis moneter pada tahun 1997 menghantam Indonesia, kapal bisnis miliknya sempat goyah. Beberapa saham unit bisnisnya seperti PT Indocement Tunggal Perkasa, PT BCA dan PT Indomobil Sukses Internasional harus dilepas untuk menutup hutang perusahaan yang disebut mencapai 52 triliun rupiah.
Meski sempat goyah, Om Liem berhasil membangkitkan kembali usaha-usaha yang dipegangnya. Salah satunya adalah melalui PT Indofood Sukses Makmur Tbk yang menghasilkan produk Indomie yang dikenal hingga seantero dunia. Hasilnya pada tahun 2006, namanya kembali menduduki peringkat nomor 10 orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes. Kekayaannya pada saat itu ditaksir mencapai US$ 800 juta.
Pada era reformasi, Om Liem yang rumahnya yang berada di Gunung Sahari, Jakarta Pusat sempat menjadi korban pengerusakan dan penjarahan pada kerusuhan yang melanda Jakarta pada 1998, mulai mengalihkan kepengurusan bisnisnya kepada anakanya Anthony Salim. Lalu mulai saat itu pindah ke Singapura, hingga maut menjemputnya, pada Minggu (10/6/2012).
Selamat Jalan Om Liem.
Sumber : http://unik-aneh-dunia.blogspot.com/2012/06/biografi-lengkap-sudono-salim-liem-sioe.html
Yang gue tau dari koran tribun jogja, Sudono salim menghabiskan 20 Miliar untuk pesta ulang tahunya ke 90 disingapura. Pindah ke Singapura karena dijakarta terjadi kerusuhan 1998 (gue baru lahir).