Meski identik dengan kekerasan, tinju merupakan salah satu jenis olahraga yang cukup digemari. Namun kini para petinju profesional harus lebih berhati-hati.
Sebuah studi di Swedia menemukan bahwa petinju bisa saja mengalami perubahan pada cairan otaknya atau kerusakan sel saraf setelah pertandingan.
Pemimpin studi Sanna Neselius dari Sahlgrenska Academy,University of Gothenburg di Swedia mengatakan bahwa petinju yang terlibat dalam studi ini merupakan 30 petinju papan atas Swedia dan telah bertarung di sedikitnya 47 pertandingan. Tak ada diantaranya yang pernah kalah KO namun hampir kesemuanya mengaku pernah mengalami satu gejala setelah pertandingan yaitu sakit kepala.
Dalam studi ini disebutkan bahwa pukulan yang berulang-ulang ke kepala dalam pertandingan tinju dapat menghasilkan perubahan cairan otak sebagai penanda kerusakan otak. Hal ini juga memiliki dampak yang sama dengan trauma kepala lainnya atau penyakit neurologis seperti Alzheimer.
"Setelah pertandingan, beberapa petinju telah meningkatkan konsentrasi empat protein yang berbeda dalam cairan otak dimana kesemua sinyalnya bisa merusak sel-sel saraf otak. Bahkan setelah beristirahat, kadar dua protein diantaranya masih tinggi," ungkap Neselius seperti dilansir dari UPI.com, Kamis (26/4/2012).
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal PLoS ONE tersebut pun menyimpulkan bahwa 80 persen petinju berisiko mengalami perubahan protein yang mengindikasikan kerusakan otak.
"Penanda cedera otaknya meningkat hingga 80 persen pada petinju secara langsung setelah pertandingan akibat kerusakan otak ringan," ujar Neselius. "Namun ketika penanda cairan otak itu meningkat setelah beberapa minggu beristirahat, hal itu dapat diartikan kerusakan cairannya belum sepenuhnya sembuh atau kerusakannya masih ada."
DetikHealth
Sebuah studi di Swedia menemukan bahwa petinju bisa saja mengalami perubahan pada cairan otaknya atau kerusakan sel saraf setelah pertandingan.
Pemimpin studi Sanna Neselius dari Sahlgrenska Academy,University of Gothenburg di Swedia mengatakan bahwa petinju yang terlibat dalam studi ini merupakan 30 petinju papan atas Swedia dan telah bertarung di sedikitnya 47 pertandingan. Tak ada diantaranya yang pernah kalah KO namun hampir kesemuanya mengaku pernah mengalami satu gejala setelah pertandingan yaitu sakit kepala.
Dalam studi ini disebutkan bahwa pukulan yang berulang-ulang ke kepala dalam pertandingan tinju dapat menghasilkan perubahan cairan otak sebagai penanda kerusakan otak. Hal ini juga memiliki dampak yang sama dengan trauma kepala lainnya atau penyakit neurologis seperti Alzheimer.
"Setelah pertandingan, beberapa petinju telah meningkatkan konsentrasi empat protein yang berbeda dalam cairan otak dimana kesemua sinyalnya bisa merusak sel-sel saraf otak. Bahkan setelah beristirahat, kadar dua protein diantaranya masih tinggi," ungkap Neselius seperti dilansir dari UPI.com, Kamis (26/4/2012).
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal PLoS ONE tersebut pun menyimpulkan bahwa 80 persen petinju berisiko mengalami perubahan protein yang mengindikasikan kerusakan otak.
"Penanda cedera otaknya meningkat hingga 80 persen pada petinju secara langsung setelah pertandingan akibat kerusakan otak ringan," ujar Neselius. "Namun ketika penanda cairan otak itu meningkat setelah beberapa minggu beristirahat, hal itu dapat diartikan kerusakan cairannya belum sepenuhnya sembuh atau kerusakannya masih ada."
DetikHealth