Aktivitas pendakian gunung butuh kesiapan fisik ekstra matang. Seseorang yang memiliki riwayat penyakit tertentu sangat tidak dianjurkan untuk mendaki gunung, sebab risikonya sangat serius mulai dari cedera hingga kematian mendadak.
"Ada beberapa faktor yang perlu diperhitungkan sebelum mendaki gunung. Pertama kondisi personel, seberapa berat medan yang dilalui, serta kondisi lingkungan yang meliputi cuaca, rekan sesama pendaki dan juga kelengkapan," kata Dr Michael Triangto, SpKO, spesialis kedokteran olahraga dari RS Mitra Kemayoran saat dihubungi detikHealth, Minggu (22/4/2012).
Terkait kondisi personel, orang-orang yang memiliki riwayat penyakit berikut ini tidak dianjurkan untuk mendaki gunung.
1. Gangguan jantung
Seperti halnya aktivitas fisik berintensitas berat lainnya, aktivitas mendaki gunung juga bisa meningkatkan kerja jantung. Risiko kematian mendadak akibat serangan jantung dipastikan akan meningkat apabila sejak awal seorang pendaki punya riwayat gangguan jantung.
2. Darah tinggi
Meski tidak memiliki gangguan jantung, seseorang dianjurkan agar menahan diri untuk tidak mendaki gunung jika punya riwayat hipertensi atau tekanan darah tinggi. Aktivitas fisik yang berat seperti pendakian gunung akan semakin meningkatkan tekanan darah dan dampaknya bisa sangat buruk bagi jantung dan pembuluh darah.
3. Gangguan paru-paru
Gangguan fungsi paru-paru baik karena sesak napas maupun sekedar flu bisa berbahaya jika dibawa naik gunung. Selain kadar udara di ketinggian memang tipis, menurunnya kemampuan paru-paru dalam menyerap oksigen membuat jantung harus bekerja lebih keras untuk mendistribusikan oksigen yang hanya sedikit.
4. Glaukoma
Meski tidak fatal, risiko kerusakan mata saat mendaki gunung juga perlu diwaspadai jika memiliki riwayat glaukoma atau meningkatnya tekanan bola mata meskipun kondisinya tidak terlalu parah. Saat mendaki medan terjal, seseorang cenderung mengejan sehingga tekanan rongga perut meningkat lalu diikuti juga oleh tekanan pada bola mata.
Kondisi ini seringkali tidak disadari, karena yang dirasakan biasanya hanya pusing-pusing di kepala. Padahal jika pendakian masih diteruskan, lama-kelamaan pandangan akan menjadi kabur dan bukan tidak mungkin akan memicu kerusakan yang lebih serius pada mata.
5. Diabetes
Pengidap diabetes sebenarnya tidak dilarang naik gunung, asal kondisinya terkontrol dalam arti rutin minum obat dan kadar gulanya sedang normal. Namun jika tidak terkontrol, maka risiko yang perlu diwaspadai saat naik gunung adalah kemungkinan lecet atau cedera yang lebih serius.
"Seperti yang kita tahu, lecet sekecil apapun pada pengidap diabetes bisa memicu komplikasi yang lebih serius. Dampaknya mungkin tidak dirasakan saat itu juga, tetapi setelah turun dari gunung harus segera mendapat perawatan," kata dr Michael.
DetikHealth
"Ada beberapa faktor yang perlu diperhitungkan sebelum mendaki gunung. Pertama kondisi personel, seberapa berat medan yang dilalui, serta kondisi lingkungan yang meliputi cuaca, rekan sesama pendaki dan juga kelengkapan," kata Dr Michael Triangto, SpKO, spesialis kedokteran olahraga dari RS Mitra Kemayoran saat dihubungi detikHealth, Minggu (22/4/2012).
Terkait kondisi personel, orang-orang yang memiliki riwayat penyakit berikut ini tidak dianjurkan untuk mendaki gunung.
1. Gangguan jantung
Seperti halnya aktivitas fisik berintensitas berat lainnya, aktivitas mendaki gunung juga bisa meningkatkan kerja jantung. Risiko kematian mendadak akibat serangan jantung dipastikan akan meningkat apabila sejak awal seorang pendaki punya riwayat gangguan jantung.
2. Darah tinggi
Meski tidak memiliki gangguan jantung, seseorang dianjurkan agar menahan diri untuk tidak mendaki gunung jika punya riwayat hipertensi atau tekanan darah tinggi. Aktivitas fisik yang berat seperti pendakian gunung akan semakin meningkatkan tekanan darah dan dampaknya bisa sangat buruk bagi jantung dan pembuluh darah.
3. Gangguan paru-paru
Gangguan fungsi paru-paru baik karena sesak napas maupun sekedar flu bisa berbahaya jika dibawa naik gunung. Selain kadar udara di ketinggian memang tipis, menurunnya kemampuan paru-paru dalam menyerap oksigen membuat jantung harus bekerja lebih keras untuk mendistribusikan oksigen yang hanya sedikit.
4. Glaukoma
Meski tidak fatal, risiko kerusakan mata saat mendaki gunung juga perlu diwaspadai jika memiliki riwayat glaukoma atau meningkatnya tekanan bola mata meskipun kondisinya tidak terlalu parah. Saat mendaki medan terjal, seseorang cenderung mengejan sehingga tekanan rongga perut meningkat lalu diikuti juga oleh tekanan pada bola mata.
Kondisi ini seringkali tidak disadari, karena yang dirasakan biasanya hanya pusing-pusing di kepala. Padahal jika pendakian masih diteruskan, lama-kelamaan pandangan akan menjadi kabur dan bukan tidak mungkin akan memicu kerusakan yang lebih serius pada mata.
5. Diabetes
Pengidap diabetes sebenarnya tidak dilarang naik gunung, asal kondisinya terkontrol dalam arti rutin minum obat dan kadar gulanya sedang normal. Namun jika tidak terkontrol, maka risiko yang perlu diwaspadai saat naik gunung adalah kemungkinan lecet atau cedera yang lebih serius.
"Seperti yang kita tahu, lecet sekecil apapun pada pengidap diabetes bisa memicu komplikasi yang lebih serius. Dampaknya mungkin tidak dirasakan saat itu juga, tetapi setelah turun dari gunung harus segera mendapat perawatan," kata dr Michael.
DetikHealth