Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, jumlah orang dengan demensia atau pikun diseluruh dunia akan melonjak tiga kali lipat pada tahun 2050. WHO menyebutkan, sebanyak 35,6 juta orang di seluruh dunia saat ini hidup dengan demensia.
Badan kesehatan PBB itu mengatakan, jumlah tersebut akan berlipat ganda menjadi 65,7 juta pada tahun 2030 dan mencapai 115,4 juta pada 2050. Laporan ini dipublikasikan oleh WHO dalamDementia: public health priority.
WHO mengatakan, pangsa kasus demensia di negara-negara miskin dan menengah akan meningkat menjadi 70 persen pada tahun 2050, mengingat makin besarnya populasi orang berusia lanjut.
Demensia disebabkan oleh berbagai penyakit otak yang mempengaruhi memori, berpikir, perilaku dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
"Kita perlu meningkatkan kemampuan kita untuk mendeteksi demensia sejak dini dan memberikan perawatan kesehatan dan sosial yang diperlukan," kata Oleg Chestnov, asisten direktur jenderal penyakit tidak menular dan kesehatan mental dari WHO.
"Banyak yang dapat dilakukan untuk mengurangi beban pasien dengan demensia. Tapi sayangnya banyak petugas kesehatan tidak cukup terlatih untuk mengenali gejala demensia," tambahnya.
WHO mencatat, hanya delapan negara di seluruh dunia yang memiliki program nasional untuk mengatasi demensia. Padahal, demensia adalah salah satu prioritas kesehatan masyarakat.
WHO juga menyoroti masih kurangnya informasi dan pemahaman masyarakat tentang demensia, serta masih kuatnya stigma terkadang membuat pasien menunda untuk mencari bantuan pengobatan.
"Rendahnya pemahaman dan stigma masyarakat tentang demensia harus segera di atasi ," kata Marc Wortmann, direktur eksekutif dari Alzheimer Disease International.
Sementara itu, Shekhar Saxena, kepala departemen kesehatan mental dari WHO mengungkapkan, prevalensi penyakit demensia akan meledak di abad ini, seiring dengan makin panjangnya usia harapan hidup seseorang.
"Mereka yang berusia lebih dari 65 tahun, 1 dari 8 diantaranya akan mengalami demensia. Sedangkan mereka yang berusia lebih dari 85 tahun 1 dari 2,5 orang akan mengidap demensia," jelas Saxena.
Kompas
Badan kesehatan PBB itu mengatakan, jumlah tersebut akan berlipat ganda menjadi 65,7 juta pada tahun 2030 dan mencapai 115,4 juta pada 2050. Laporan ini dipublikasikan oleh WHO dalamDementia: public health priority.
WHO mengatakan, pangsa kasus demensia di negara-negara miskin dan menengah akan meningkat menjadi 70 persen pada tahun 2050, mengingat makin besarnya populasi orang berusia lanjut.
Demensia disebabkan oleh berbagai penyakit otak yang mempengaruhi memori, berpikir, perilaku dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
"Kita perlu meningkatkan kemampuan kita untuk mendeteksi demensia sejak dini dan memberikan perawatan kesehatan dan sosial yang diperlukan," kata Oleg Chestnov, asisten direktur jenderal penyakit tidak menular dan kesehatan mental dari WHO.
"Banyak yang dapat dilakukan untuk mengurangi beban pasien dengan demensia. Tapi sayangnya banyak petugas kesehatan tidak cukup terlatih untuk mengenali gejala demensia," tambahnya.
WHO mencatat, hanya delapan negara di seluruh dunia yang memiliki program nasional untuk mengatasi demensia. Padahal, demensia adalah salah satu prioritas kesehatan masyarakat.
WHO juga menyoroti masih kurangnya informasi dan pemahaman masyarakat tentang demensia, serta masih kuatnya stigma terkadang membuat pasien menunda untuk mencari bantuan pengobatan.
"Rendahnya pemahaman dan stigma masyarakat tentang demensia harus segera di atasi ," kata Marc Wortmann, direktur eksekutif dari Alzheimer Disease International.
Sementara itu, Shekhar Saxena, kepala departemen kesehatan mental dari WHO mengungkapkan, prevalensi penyakit demensia akan meledak di abad ini, seiring dengan makin panjangnya usia harapan hidup seseorang.
"Mereka yang berusia lebih dari 65 tahun, 1 dari 8 diantaranya akan mengalami demensia. Sedangkan mereka yang berusia lebih dari 85 tahun 1 dari 2,5 orang akan mengidap demensia," jelas Saxena.
Kompas